Perempuan Tani Kembangkan Beras Merah dan Hitam untuk Ekonomi Hijau
JAKARTA – Perempuan-perempuan tani di Kalimantan Barat mengembangkan komoditi beras hitam dan beras merah di Kapuas Hulu dan Sintang. Ternyata pasar untuk dua komoditi tersebut masih terbuka luas.
“Awalnya dua komoditi ini bukan merupakan komoditi pokok yang ditanami warga. Namun setelah mengetahui harga pasaran bagus, warga mulai terpacu untuk mengembangkan,” tukas Rosmaniar, Small Business Development Expert Konsorsium Perempuan untuk Keberlanjutan Penghidupan Kalimantan Barat sekaligus penggiat usaha kecil di Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Borneo.
PPSW Borneo, merupakan salah satu anggota Konsorsium Perempuan Kalimantan Barat. Konsorsium ini mendampingi lebih dari 500 petani perempuan di sepuluh desa pada dua kabupaten di Kalimantan Barat. Empat desa di Kabupaten Sintang dan enam desa di Kapuas Hulu. Konsorsium membawa dua petani perempuan dalam kegiatan Temu Niaga Komoditas Lestari penerima hibah Kemakmuran Hijau Millennium Challenge Account Indonesia, 13 Desember 2017.
Beras merah dan beras hitam adalah komoditas yang sangat laris di pasaran. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kelebihan dua komoditas tersebut untuk kesehatan. “Beras merah mengandung zat gizi yang baik. Sangat bagus untuk diet, menghindari diabetes, menurunkan kolesterol, mencegah penyakit jantung dan meningkatkan DHL,” katanya. Sedangkan beras hitam mempunyai kandungan kaya vitamin E, kadar gula rendah dan kaya nutrisi. Teksturnya juga lebih pulen.
Bahkan di Desa Sungai Besar jadi penghasil bibit beras merah jenis Impara 7. Rosalina, kelompok tani Ketam Kembar, Kabupaten Kapuas Hulu mengatakan bibit yang dihasilkan kelompok taninya pun mempunyai keunggulan. “Bibit kami lebih cepat tumbuh, sehingga bisa panen tiga kali dalam setahun,” ungkapnya.
Bernadheta Imi, dari Desa Mangat Baru, menambahkan, proses pasca panen menggunakan teknik kisar untuk memisahkan padi dengan kulitnya. “Teknik kisar memang sudah ditinggalkan, tapi kami yakini hasilnya lebih baik dari sisi kandungan beras yang dihasilkan,” katanya. Kisar adalah teknik memisahkan padi dari kulitnya dengan menggunakan sebatang kayu.
Selain itu, Desa Mangat Baru juga menghasilkan padi hitam yang terkenal enak dan wangi. Berasnya selalu habis terjual. Bahkan kelompok Tani di Desa tersebut mengantongi sekitar Rp10 juta untuk hasil penjualan padi di demplot percontohan saja yang luasnya sekitar 1,2 hektar di musim tanam pertama. Program dukungan MCA-Indonesia yang difasilitasi oleh Yayasan Kehati sebagai Grant Project management (GPM) ini memfasilitasi benih, saprodi untuk penanaman padi selama 2 musim tanam masing –masing 1 ha per desa di 10 desa di 2 Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang serta percobaan di lahan masing-masing anggota rata-rata 0,1 ha per anggota.Saat ini kelompok perempuan telah memasuki musim tanam ketiga dan telah dilakukan secara swadaya.dari hasil panen sebelumnya.
Di dalam kegiatan Temu Niaga ini, dua petani asal daerah Hulu Kalimantan Barat, mendapatkan pengetahuan dari banyak lembaga lain dalam proyek Kemakmuran Hijau. Termasuk beberapa contoh cara pengemasan produk serta akses pada jejaring bisnis.
Konsorsium Perempuan Kalbar, mendampingi petani perempuan di sepuluh desa ini sebagai upaya memberdayakan perempuan dan kelompok rentan secara ekonomi. “Upayanya meliputi peningkatan akses terhadap pengetahuan dalam energi terbarukan, pengelolaan sumberdaya alam, dan keterampilan untuk mengolah pertanian dan hasil hutan yang berkelanjutan,” tambah Laili Khairnur, Direktur Lembaga Pengembangan Masyarakat Gemawan, yang merupakan host program ini.
Kegiatan temu niaga untuk memastikan bahwa kegiatan pemberdayaan ekonomi
Perempuan yang diampu oleh para penerima hibah, dapat memperluas jejaring pemasaran untuk
pengembangan bisnis dan inovasi.
Upaya keberlanjutan ini dilakukan dengan menyadari bahwa tantangan pasar global yang mendudukkan Indonesia sebagai salah satu anggota negara G20 dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata rata 5% setahun serta diakuinya kontribusi keterlibatan perempuan yang tinggi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya di sektor pertanian. Di sisi lain, upaya ini didukung oleh dorongan visi Presiden RI, NAWACITA, dalam mendorong kemandirian ekonomi dan menghentikan persoalan ketidakadilan ekonomi sebagai bagian dari Three Ends 3 yang hendak diwujudkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.