Magdalena: PEKKA Tempat Para Wanita Tangguh Bertransformasi
Oleh: Susilawati
Sejak berdirinya organisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) di akhir tahun 2000, tak sedikit perempuan Kalbar, melabuhkan pada organisasi berbasis komunitas perempuan ini. Tak hanya di Kalbar, PEKKA juga merambah hingga pelosok negeri dan lebih kurang 60.000 perempuan dari berbagai kalangan bergabung menjadi bagian dari serikat PEKKA.
Meski banyak kalangan ibu rumah tangga yang menjadi anggotanya, PEKKA pada dasarnya diperuntukkan bagi kepala keluarga perempuan, terutama para janda yang ditinggal sang suami hingga yang ditinggal begitu saja tanpa kabar apalagi nafkah.
PEKKA tidak hanya diisi oleh perempuan biasa, tapi kebanyakan yang bergabung adalah perempuan hebat, pejuang rumah tangga. Status janda tidak lantas menghalangi kiprah mereka dalam berorganisasi dan memapah tugas kemasyarakatan. Mereka lantas bertransformasi menjadi lebih sadar akan kualitas yang ada dalam diri.
Mengenal lebih dekat PEKKA pastinya tidak lepas dari kiprah para penggerak dibelakangnya. Para wanita tangguh yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan akses sosial untuk perempuan. Tak hanya akses sosial dalam hal pelayanan tapi bagaimana perempuan juga berkontribusi dalam pembangunan di wilayah terdekatnya.
Satu sosok ini, tak hanya dikenal piawai dalam berorganisasi tapi siapa sangka ia hanya ibu rumah tangga biasa. Ia adalah Ketua Federasi Serikat PEKKA Nasional asal Kalbar, Magdalena. Kiprahnya melebihi statusnya yang tak tamat sekolah menengah atas.
Ia bergabung di PEKKA 13 tahun silam. Tepatnya tahun 2007 lalu. Memberanikan diri mendaftar menjadi anggota baru. Tak susah masuk ke PEKKA, cukup memiliki semangat untuk meningkatkan kualitas diri, belajar dan mengamati lingkungan yang sarat akan diskusi dan pelatihan ini, maka tak butuh lama untuk berkembang dan menemukan jati diri. Di sana, ia ditempa tak hanya ilmu tatapi terlibat praktek dan aktif di sejumlah kegiatan PEKKA.
Unit PEKKA cukup banyak dari mulai koperasi anggota, pelatihan hingga kerjasama dengan pemerintah, terutama kerjasama yang melibatkan para anggota PEKKA itu sendiri. Menjadi mandiri dan mampu bertahan menghidupi keluarga adalah motto para anggotanya. Meskipun berstatus janda ia tak minder, mengingat bukan hanya ia saja yang memiliki status serupa tapi banyak anggota PEKKA yang memiliki cerita hidup sendiri, termasuk dirinya.
“PEKKA itu isinya beragam. Kumpulan para janda yang ditinggal baik bercerai atau meninggal, suaminya yang tidak pulang-pulang, suami yang merantau pulang tiga tahun sekali, suami yang sakit dan tidak bisa mencari nafkah dan harus banting tulang, yang masih belum menikah dan menjadi tulang punggung keluarganya atau mereka yang sengaja ingin bergabung untuk belajar berorganisasi,” paparnya.
Di PEKKA ia dan rekan-rekannya tidak hanya terlibat dalam persoalan perempuan saja tapi juga aktif bekerjasama dengan pemangku kebijakan di tingkat desa.
“Di sini juga kita bisa mengembangkan diri supaya mendapat ilmu, mengorganisir, kepemimpinan, pemberdayaan ekonomi, dengan lembaga hukum, pendampingan kesehatan, pendidikan karena kami memiliki sejumlah PAUD,” ujar Magda.
Semua ia lakukan mulai dari bawah. Menjadi anggota, kemudian menjadi bendahara kelompok. Tak butuh waktu lama ia menjabat sebagai ketua koperasi PEKKA Mandiri Kecamatan Sungai Raya di tahun 2008. Tahun berikutnya, 2009, ia menjabat sebagai Ketua PEKKA tingkat kecamatan dan di tahun 2013 Magda pun didapuk menjadi Ketua PEKKA Kubu Raya. Akhirnya, tahun 2016 ia dipercaya sebagai Ketua Nasional mewakili Kalbar untuk seluruh Indonesia.
“Ini saya dedikasikan untuk semua perempuan desa yang tidak berpendidikan tinggi tapi optimis dan pantang menyerah,” ucapnya.
Berbagai program PEKKA sangat menekankan kepentingan masyarakat, tidak hanya menyoal perempuan. Seperti PEKKA bekerjasama dengan pemda setempat untuk membantu masyarakat miskin yang tidak memiliki buku nikah. Program bansos ini mentikberatkan kepada layanan hukum, pelayanan terpadu yang satu atap. PEKKA juga melibatkan pegadilan agama untuk isbat nikah. Nantinya, mereka mendapatkan buku nikah gratis.
Tak haya itu, PEKKA juga terlibat dalam pendampingan masyarakat miskin untuk akses kepemilikan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
“Kita libatkan para anggota PEKKA untuk mengurus kerjasama. Kita sudah beri mereka ilmu, kemudian dipraktekan lewat kerjasama ini dan pastinya mereka sangat membantu program pemerintah, terlebih mereka juga aktif membangun desanya,” ungkap Magda.
Saat ini Magda lebih banyak menghabiskan waktunya di Jakarta. Sebagai pengurus nasional yang membawahi anggota di 20 provinsi, dari 57 kabupaten se Indonesia, banyak hal sudah ia lalui. Dari hal senang hingga hal yang membuat sedih.
Senangnya kata wanita paruh baya ini ketika bertemu banyak orang, saling belajar tentang organisasi lain di luar PEKKA. Sedihnya, ia tidak bisa mengurus ke tiga anak mereka dan tak bisa memantau aktivitas ketiga buah hatinya setiap hari. Namun, ia sadar untuk mengelola organisasi secara serius banyak hal harus ia relakan dan belajar untuk bisa berkompromi. Antara karir dan keluarga.
Masih banyak kerja yang harus ia dan rekan-rekan PEKKA seluruh Indonesia lakukan, terutama lebih banyak para perempuan bergabung untuk aktif dalam berorganisasi. Butuh keberanian untuk memulai sesuatu, begitu juga para perempuan yang ingin meningkatkan kualitas dan kemampuan. Bukan hanya untuk pribadi tapi lebih dari itu kepuasan dan pembuktian bahwa perempuan mampu berdikari dan bermanfaat. Itu yang dibuktikan Magdalena. Ke depannya akan banyak sososk-sosok lain seperti dirinya yang mampu mengisnpirasi banyak perempuan. (*)