Bebby Nailufa: Politikus Perempuan yang Tak Takut Bersaing
Beberapa kali mewawancari sosok perempuan hebat ini banyak kesan dan pesan yang selalu melekat. Tapi, kali ini wawancara saya cukup istimewa usai sosok inspiratif kalangan perempuan muda Kota Pontianak ini terpilih menjadi Ketua DPD Partai Golkar Kota Pontianak. Perempuan pertama yang membawa perahu partai berlambang pohon Beringin di kota khatulistiwa itu.
Oleh: Wati Susilawati
Namanya, Bebby Nailufa. Ia lahir di Pontianak 13 September 1980. Ia aktif di panggung politik sejak usia 25 tahun. Muda, energik dan pantang menyerah menjadi icon yang kerap ia bawa.
Menjadi perempuan mandiri di usia muda, dan kerap tampil di publik menjadi inspirasi banyak pihak. Terutama kaum perempuan.
Di Kota Pontianak, tak banyak sosok perempuan muda yang punya daya gedor dalam militansi perjuangan perempuan di Kota Pontianak.
Tampil sebagai Ketua DPD Golkar Kota Pontianak, tak hanya bicara kekuatan politik tapi bicara perempuan yang memegang tampuk pimpinan. Ini bisa membuktikan, bahwa kiprah perempuan tak kalah dengan kiprah para patriaki di sekitarnya itu.
Bebby Nailufa membuktikan bahwa dengan kerja keras perempuan bisa berada di puncak kepemimpinan. Tanpa takut bersaing. Tanpa takut diintimidasi.
Perempuan yang Tak Takut Persaingan Politik
Sejak tahun 2005, wanita yang saat ini menjadi anggota DPRD Kota Pontianak sudah terjun ke dunia politik. Ia terpacu lantaran sang ayah, Moh Naib Tappi adalah anggota DPRD Kalbar periode 1999-2009. Sosok ayah menjadi tauladan baginya saat mulai serius di kancah politik itu.
Banyak pesaing? Iya, banyak tantangan? Iya. Semua ia lakoni sebagai pemula dalam dunai yang masih asing bagi perempuan berkulit putih ini. Saat itu, ia sudah menikah dan punya dua orang anak. Ia masih gamang antara karir dan urusan rumah tangga. Meski sanga suami tak pernah melarang ia berkarir.
Ketika ia mulai memantaskan diri sebagai kader, bisa dihitung jari berapa jumlah perempuan yang terlibat dalam organisasi politik itu.
“Tak banyak. Salah satunya saya. Awalnya minder tapi jika ingin fokus, maka malu dan minder harus dibuang. Jadi, pelan-pelan saya belajar menyesuaikan,” ujarnya.
Banyaknya kader laki-laki ketimbang perempuan, tak menyurutkan tekad wanita yang pernah mancalonkan sebagai wakil wali kota ini saat menjalankan perannya sebagai kader partai.
Ia berpikir, perempuan punya kesempatan yang sama. Itu harus diraih. Jika perempuan ingin dihargai lingkungan, maka dedikasi dan prestasi harus dibuktikan.
Bukan Kader Instan
Sebagai perempuan yang ingin meraih dedikasi penuh di partainya, Bebby Nailufa tak mau setengah-setengah. Sejak masuk dalam organisasi politik Golkar, ia tak mau sekedar pajangan atau pemanis dalam organisasi itu.
Ia ingin masuk sebagai jajaran aktif. Ia tak mau semua dilakukan instan. Ia ingin memulai pencapaian dari bawah. Ia sadar, sukses tak bisa langsung jadi. Harus melalui proses dan tahapan.
Ia juga sadar, sebagai seorang perempuan akan banyak pihak yang meremehkan dan tidak percaya bahwa perempuan bisa mendapat posisi penting dalam organisasi. Apalagi, awal tahun 2000 itu, masih sedikit perempuan yang vokal berjuang dan terlibat aktif dalam organisasi partai.
Lima tahun berjuang terlibat dalam banyak kegiatan organisasi partai, memberikan kesempatan baginya di tahun 2009. Ia dengan percaya diri, mencalonkan diri sebagai anggota legislatif untuk pemilahan Kota Pontianak.
Saat itu, ia tak mengandalkan nama besar ayahnya. Tak selamanya nama besar sang ayah menjadi garansi ia sukses dalam pemilihan tersebut. Ia pun mencari pundi suaranya sendiri. Nama perempuan ia bawa untuk menarik simpati publik.
Program jelas dan tepat sasaran jadi kekuatan Bebby saat memulai kampanye. Tak sekedar janji manis tapi realisasi ia siap wujudkan. Terbukti, ketika ia memenangkan pemilihan pada periode pertama, banyak janji yang sudah ia tuntaskan.
Sebagai seorang perempuan, persoalan perempuan masih jadi pekerjaan rumah yang belum tuntas. Dari soal pendidikan, kesehatan maupun masalah sosial lainnya. Perempuan Kota Pontianak masih tertinggal. Ini yang coba dibangkitkan bagaimana perempuan bisa mandiri dan mampu tampil di ruang publik sebagai sosok pembeda. Tak hanya satu sektor tapi semua sektor.
Basis ini yang dikembangkan Bebby dengan menggandeng banyak komunitas perempuan untuk teribat dalam kampanyenya. Visinya satu, bagaimana kaum perempuan terlibat aktif di berbagai peran publik dan tampil berani.
Dedikasi untuk Para Perempuan
Salah satu hal penting dalam Bebby terjun di politik adalah agar sutau hari bisa mendorong banyak peraturan daerah yang bisa mensejahterakan perempuan. Terutama dalam hal ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Dalam dua periode ia menjabat sebagai wakil rakyat, pencapaian terbesar adalah saat ketok palu membahas peraturan daerah yang berkaitan dengan kepentingan perempuan.
Menurut dia, sebagai wakil rakyat, jika bisa memaksimalkan peran untuk kepentingan yang lebih besar maka akan timbul kepuasan tersendiri.
“Saya tak muluk. Asal bisa berguna untuk kelompok perempuan dan kalangan muda. Saya rasa itu cukup. Ke depan, akan banyak tantangan bagi para wakil perempuan untuk semakin memberikan kesejahteraan bagi kelompok-kelompok yang membutuhkan. Tak hanya perempuan tapi bisa lebih besar lagi,” paparnya.
Tak hanya itu, Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Tahun 2004 kerap banyak melibatkan organisasi perempuan dalam tiap kegiatannya.
Menurut Bebby sangat asik berdiskusi dengan lintas profesi kaum perempuan. Sehingga, banyak sudut pandang dan sisi positif dalam setiap argumen. Dari situ, biasanya Bebby mendapat banyak masukan dan persoalan terkait akar rumput mengenai perempuan.
“Ini tantangan ke depan agar persolan perempuan pelan-pelan bisa kita bantu. Setidaknya, akan ada payung hukum memberikan rasa aman bagi perempuan,” ujar lulusan S2 Megister Managemen ini.
Perempuan Jangan Takut Berkarya dan Bersuara
Jaman sekarang ini, aneh kata Bebby masih ada perempuan pintar dan cerdas untuk malu tampil di depan publik. Harusnya, dengan teknologi yang memudahkan tampil di muka umum, perempuan tak boleh ragu untuk belajar bersuara mengeluarkan seluruh aspirasi mereka.
Kaum perempuan sudah saatnya tampil. Makin banyak yang tampil maka akan semakin banyak aspirasi yang digaungkan.
“Kalau dulu, 10 tahun lalu mungkin masih banyak yang malu. Tak percaya diri, atau malas tampil bersuara, tapi sekarang sudah beda. Era teknologi, di mana ruang-ruang online bermunculan. Belum lagi internet yang banyak menampilkan situs, blog perempuan,” ujarnya.
Keberanian bersuara perempuan ini harus dilatih sejak dini. Jika ia memulai di usia 20 an tahun, generasi perempuan masa kini harus mulai sebelum usia itu.
“Dimulai dari sekolah, banyak sarananya. Mulai dari ketua kelas, OSIS, Pramuka, Palang Merah Remaja. Belum lagi ekstra kulikuler lain. Kalau di kampus ikut organisasi kepemudaan hingga terlibat di BEM. Jangan takut. Selama masih ada kesempatan, gunakan dengan baik. Saatnya generasi muda, para perempuan kita berani bersuara. Tujukan karya kalian,” kata dia.
Pada akhirnya, suara Bebby Nailufa adalah suara banyak perempuan yang punya satu harapan. Ingin kaumnya diberi kesempatan dan mengambil setiap peran yang ada. Bukan hanya sekedar jadi pemanis atau pelengkap saja, tapi jadi penggerak perubahan itu sendiri.
Perempuan adalah tiang dalam pembangunan. Miliki peran vital dalam upaya berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah. Ada andil perempuan. Bebby paham, sebagai wakil rakyat ada amanah yang harus dijaga dan diselaraskan. Persoalan perempuan adalah salah satu tugas yang masih terus digedor agar pelan-pelan persoalan bisa diatasi.