Perempuan Antusias Ikut Awasi Kampanye Paslon di Media Massa

PONTIANAK – Kaum perempuan menunjukan antusiasme yang luar biasa untuk ikut dalam pengawasan kampanye pasangan calon gubernur,bupati dan walikota dalam masa kampanye di media sosial.
Josef Hari Suryadi Komisioner Bawaslu Kalbar menjawab wartawan di sela kegiatan sosialisasi pengawasan pemilu partisipatif, Senin (4/11) kemarin mengungkapkan beberapa kali Bawaslu Kalbar turun ke daerah bertemu dengan masyarakat kaum perempuan baik itu kalangan dewasa mau generasi muda perempuan pemilih pemula menunjukan antusias yang tinggi.

“Ini sangat menggembirakan bagi kami, perempuan bersemangat untuk ikut mengawasi kampanye khususnya di media massa yang akan mulai dilaksanakan tanggal 10 November hingga 14 hari ke depan,” jelasnya.

Sosialisasi kali ini yang bertemakan kampanye di media massa menurut Josef karena dalam masa 14 hari sejak 10 November maka dibutuhkan peran partisipasi seluruh masyarakat termasuk kaum perempuan, katanya.
Meskipun kaum perempuan di Kalbar sangat antusias ikut mengawasi pilkada,kami secara terus menerus mengajak hingga ke daerah-daerah agar pengawasan bisa dilaksanakan dengan maksimal.

Ditambahkannya, sosialisasi dilakukan agar dalam pelaksanaan kampanye di media massa tidak menabrak norma- norma yang sudah diatur sebelumnya.

Diharapkan tambah Josef pilkada 27 November mendatang di Kalbar dapat berjalan dengan baik.
“Yakin bahwa aturan memberikan kesempatan yang sama pada semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam sosialisasi pemilu,” katanya lagi.

Nanda sarjana Fisip yang baru menyelesaikan kuliahnya mengatakan sebuah keharusan bagi masyarakat untuk turut menyukseskan pilkada serentak. “Tak hanya laki-laki, perempuan juga berkewajjban untuk ikut serta berperan dalam mengawasi pilkada termasuklah masa kampanye,” tuturnya.

Hal senada disampaikan chika yang tahun ini pilkada keduanya baginya. Menurutnya semua wajib berperan dalam mengawasi kampanye paslon.

“Sebuah keharusan sebagai bentuk tanggungjawab berdemokrasi,” tuturnya.

Sementara itu anggota KPU Kalbar Kartono Nuryadi salah satu narasumber mengatakan masa kampanye paslon dimulai 10 November hingga 14 hari ke depan. Dia berharap paslon tidak melakukan kampanye hitam maupun kampanye negatif. Hindari kampanye yang menyerang paslon lain.Menjatuhkan lawan tanpa fakta.

Kampanye negatif yang menurunkan citra paslon lain dalam visi misinya. Diutamakan dalam kampanye paslon menggunakan media lokal.

Yayasan KEHATI Luncurkan Buku Tentang Tengkawang dan Peran Hutan Adat dalam Perekonomian Masyarakat

PONTIANAK – Yayasan KEHATI baru saja merilis sebuah buku berjudul Tengkawang: Pohon Kehidupan yang Penuh Manfaat. Buku ini merupakan hasil kolaborasi dalam program TFCA yang mendukung Institut Riset dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan (INTAN) dalam proyek Pengembangan Tata Usaha Tengkawang di Hutan Adat Pikul, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, sejak tahun 2020.

Program ini juga melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DISLHK) Kalimantan Barat, BKSDA, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), serta lembaga masyarakat terkait.

Kegiatan bedah buku ini bertujuan untuk memperkenalkan peran strategis hutan adat yang berhubungan langsung dengan berbagai pemangku kepentingan, serta pentingnya implementasi bioprospeksi yang melibatkan banyak pihak.

penulis buku, Aseanty Pahlevi, menjelaskan bahwa karya ini mencerminkan pembelajaran dari upaya perlindungan terhadap tengkawang layar, yang diinisiasi oleh warga Desa Sahan di Kabupaten Bengkayang. Buku ini menggambarkan bagaimana masyarakat setempat menjadikan hutan sebagai sumber kehidupan, dengan mengelola hasil hutan bukan kayu, khususnya tengkawang, yang menjadi hak kelola masyarakat adat.

Aseanty juga menyoroti bagaimana masyarakat adat mengenalkan produk tengkawang dan turunannya kepada masyarakat luas. Melalui inisiatif ini, mereka berhasil menghasilkan produk bernilai jual yang memberikan keuntungan ekonomi bagi keluarga di kawasan hutan.

“Saya berharap cerita dari Desa Sahan ini bisa menjadi dokumen hidup dan pelajaran berharga bagi masyarakat di desa lain yang memiliki komoditas serupa,” ungkapnya.

Kehati terus mendukung lembaga INTAN dalam upaya melestarikan tengkawang dan memproduksi turunannya dengan cara yang ramah lingkungan, sehingga tidak merusak alam dan hutan.

Direktur Program TFCA Kalimantan, Ir. Puspa Dewi Liman, dalam pemaparannya secara daring, menekankan bahwa dukungan pemerintah sangat berarti bagi pengembangan komoditas hasil hutan bukan kayu ini. Tengkawang diharapkan dapat menjadi komoditas khas Kalimantan Barat, khususnya Bengkayang, yang dapat dikembangkan di daerah lain. Sejak 2020, Kehati juga telah merumuskan blueprint dan policy brief yang menjadi pedoman pengembangan bioprospeksi di Indonesia.

Sebelum peluncuran buku ini, banyak masyarakat, khususnya di Kalimantan Barat, yang belum mengetahui tengkawang sebagai komoditas unggulan. Bahkan, dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian tengkawang belum tercatat secara resmi. Tengkawang adalah salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan Kalimantan. Pada dekade 1980-an, tengkawang bahkan sempat menjadi komoditas ekspor unggulan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, melalui Bappeda, juga tengah mengumpulkan data untuk memperkaya literatur mengenai tengkawang. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa lemak yang terkandung dalam buah tengkawang memiliki manfaat kesehatan, setara dengan lemak nabati dari kelapa sawit. Potensi tengkawang sebagai produk hasil hutan bukan kayu diharapkan dapat membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan hutan, serta meningkatkan kesejahteraan mereka.

Dengan adanya dukungan pemerintah yang memberikan ruang kelola kawasan hutan bagi masyarakat adat, diharapkan ekonomi berbasis sumber daya alam ini dapat berkembang secara berkelanjutan, selaras dengan pelestarian hutan dan keberlanjutan lingkungan.

SAFEnet Desak Platform Media Sosial Tingkatkan Akuntabilitas dalam Pemilu 2024

Pontianak – Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) meluncurkan laporan riset terbaru berjudul “Kebebasan atau Kebencian? Mengkaji Akuntabilitas Platform Media Sosial di Indonesia” dalam acara seminar nasional yang digelar di Jakarta. Laporan ini mengungkap peran penting media sosial dalam penyebaran ujaran kebencian, terutama yang menargetkan kelompok rentan selama Pemilu 2024.

Menurut Direktur Eksekutif SAFEnet, Nenden Sekar Arum, platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok dinilai belum memenuhi standar akuntabilitas yang memadai dalam moderasi konten, khususnya terkait ujaran kebencian. Salah satu catatan utamanya adalah terkait inkonsistensi dalam melakukan moderasi konten.

“Terdapat berbagai indikator untuk mengukur akuntabilitas platform digital, namun banyak platform media sosial belum sepenuhnya memenuhi standar akuntabilitas, terutama dalam hal transparansi dan moderasi konten. Laporan transparansi sering kali berfokus pada kuantitas tanpa kualitas, dan ada banyak inkonsistensi dalam penegakan kebijakan moderasi konten. Celah dalam teknologi deteksi serta perbedaan antara aplikasi mobile dan web juga menjadi tantangan dalam moderasi konten,” papar Nenden.

Heychael, salah satu peneliti SAFEnet, mengungkap bahwa perempuan dan komunitas LGBTQ menjadi target utama ujaran kebencian dengan unsur seksisme dan ancaman kekerasan selama pemilu. Meskipun ada upaya pelaporan, sebagian besar konten kebencian tetap tersebar di platform media sosial.

“Penelitian menunjukkan bahwa kelompok rentan seperti perempuan, LGBTQ, dan etnis minoritas seperti Tionghoa dan Rohingya menjadi sasaran utama ujaran kebencian, yang seringkali mengandung elemen seksisme, xenofobia, dan ancaman kekerasan. Meskipun ada upaya untuk melaporkan konten ini, moderasi dan akuntabilitas platform seperti Facebook dan TikTok terbukti kurang efektif, dengan sebagian besar konten kebencian masih tersedia meskipun telah dilaporkan” ungkap Heychael.

q
Sebagai penanggap, Apriyanti, Tenaga Ahli Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Hari Kurniawan, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), turut memberikan pendapatnya terkait laporan ini.
Apriyanti menceritakan hambatan dan keterbatasan yang dihadapi Bawaslu dalam memoderasi ujaran kebencian.

 

“Proses pengawasan masih menghadapi hambatan, seperti laporan manual dan kurangnya standar yang jelas dalam membedakan jenis pelanggaran. Bawaslu menyadari keterbatasan ini dan terbuka untuk kolaborasi lebih lanjut guna memperbaiki sistem pengawasan dalam pemilu mendatang” ujar Apriyanti.

Sementara itu, Hari Kurniawan menyampaikan kekecewaannya atas maraknya ujaran kebencian terhadap kelompok rentan di media sosial. “Saya mengkritik ketidakpatuhan platform seperti Meta terhadap hukum Indonesia dan merasa kecewa terhadap Bawaslu yang dianggap kurang responsif dalam menangani pelanggaran, terutama yang terkait dengan ujaran kebencian terhadap kelompok rentan selama pemilu” tegas pria yang akrab disapa Cak Wawa ini.

Selain memaparkan tantangan yang dihadapi dalam moderasi konten, SAFEnet menyerukan perlunya kolaborasi antara pemerintah, Bawaslu, dan platform media sosial untuk meningkatkan akuntabilitas. SAFEnet juga mendesak agar pasal-pasal karet dalam Permenkominfo 5/2020 dihapus dan merekomendasikan perbaikan dalam aturan kampanye KPU serta peningkatan kapasitas pemantau pemilu.

Kepada KPU, SAFEnet mengusulkan untuk merevisi pasal penghinaan dalam peraturan KPU mengenai kampanye dengan memperjelas karakteristik individu yang dilindungi. Sementara kepada Bawaslu, SAFEnet menyarankan peningkatan kapasitas bagi pemantau pemilu agar dapat membedakan ujaran kebencian dengan ekspresi yang sah.

SAFEnet juga merekomendasikan beberapa hal kepada platform media sosial, seperti mengembangkan kerangka kerja moderasi konten yang lebih komprehensif, meningkatkan transparansi termasuk bagi iklan politik, serta mempermudah aksesibilitas mekanisme pengaduan bagi pengguna.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk perbaikan sistem moderasi di ruang digital selama pemilu dan seterusnya

Upaya Pelestarian Tenun di Kalbar Melalui Seminar hingga Anugerah Kebudayaan

Pontianak – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat bekerja sama dengan PRCF Indonesia menggelar rangkaian kegiatan dalam rangka Peringatan Hari Tenun Nasional yang diperingati setiap tanggal 7 September.

Rangkaian kegiatannya meliputi seminar tenun, pameran tenun, Rakor PPKD, fashion show dan pemberian anugerah kebudayaan yang akan diselenggarakan di Hotel Ibis, Pontianak, pada tanggal 7 September 2024.

Seminar Tenun mengambil tema “Menenun Impian Mengikat Harapan” yang akan membahas mengenai preservasi tenun tradisional di Kalimantan Barat. Tenun, sebuah teknik pembuatan kain yang telah ada selama berabad-abad, merupakan simbol keanekaragaman budaya Indonesia dengan motif dan teknik yang unik. Namun, upaya pelestarian dan pengembangan tenun menghadapi berbagai tantangan terutama di era global saat ini. Sehubungan dengan hal tersebut maka acara ini akan menghadirkan para ahli, pengrajin, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk berdiskusi dan menyusun strategi guna melestarikan seni wasra di Kalimantan Barat, khususnya tenun tradisional Dayak Iban dan Desa yang begitu berharga.

Para peserta seminar dalam kesempatan ini diharapkan dapat memperoleh wawasan baru mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan seni tenun tradisional, serta berkontribusi dalam menjaga warisan budaya yang kaya ini untuk generasi mendatang. Keseluruhan rangkaian kegiatan diharapkan dapat menjadi wadah dalam pembicaraan lebih serius mengenai:

1. Meningkatkan Kesadaran: Menyebarluaskan informasi tentang pentingnya preservasi tenun dan dampaknya terhadap budaya lokal serta ekonomi kreatif.
2. Networking: Membangun jaringan antara pengrajin, desainer, akademisi, dan pihak terkait untuk kolaborasi yang lebih efektif dalam preservasi tenun.
3. Mendorong komitmen bersama dalam pelestarian tenun tradisional.

Pembicara utama dalam seminar ini adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Rita Hastarita, akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak Wahdina, pelaku seni budaya Gusti Hendra Pratama, dan desainer Uke Tugimin. Seminar dipandu oleh moderator Fifiyati Hoesni, Dewan Pembina dan Koordinator Pemberdayaan Perempuan Yayasan PRCF Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Dana Indonesiana, sebuah inisiatif nasional yang bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia serta memberi kesempatan pada pelaku budaya untuk mengakses langsung program kebudayaan yang dibiayai negara.

Selain dukungan dari Dana Indonesiana, acara ini juga didukung oleh Samdhana Institute dan TFCA Kalimantan, organisasi yang berkomitmen untuk melestarikan budaya dan lingkungan di Indonesia.

Acara Malam Anugerah Kebudayaan

Sebagaimana tadi telah diungkapkan, bahwa selain kegiatan seminar, juga akan ditampilkan pameran karya tenun yang menunjukkan keindahan dan keragaman teknik tenun tradisional. Pameran tenun dimaksud akan menampilkan sekitar 100 karya tenun yang merupakan karya dari lebih dari 30 orang penenun dari Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu. Pengunjung tidak hanya dimanjakan oleh koleksi hasil tenun tetapi juga akan diedukasi tentang bagaimana teknik memintal kapas menjadi benang, teknik menenun, teknik pewarnaan alam dan lain sebagainya.

Selanjutnya untuk acara Malam Anugerah Kebuudayaan akan menampikan fashion show oleh tamu undangan, peserta pelatihan tenun serta profesional model yang akan mengenakan berbagai motif tenun khas Kalimantan Barat. Fashion show produk turunan tenun tradisional diselenggarakan sebagai upaya untuk mengangkat dan memodernisasi warisan budaya yang kaya ini ke dalam dunia fashion kontemporer.

Latar belakang kegiatan ini adalah keinginan untuk menjembatani antara keindahan dan keunikan tenun tradisional dengan trend fashion masa kini, sehingga tenun tidak hanya dilihat sebagai produk budaya yang statis, tetapi sebagai bahan yang dinamis dan relevan dalam industri mode global.
Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kepada khalayak luas, baik di tingkat nasional maupun internasional, bagaimana tenun tradisional dapat diolah menjadi berbagai produk fashion yang elegan dan inovatif, serta mendorong pelaku industri mode dan masyarakat untuk lebih menghargai dan mendukung keberlanjutan kerajinan tenun lokal.

Puncak acara Peringatan Hari Tenun Nasional dan Anugerah Kebudayaan adalah penyerahan penghargaan oleh Pj. Gubernur Kalimantan Barat, dr. Horisson, M.Kes kepada penenun, Perempuan Pelestari Tenun, Maestro dan Pelestari Budaya dari seluruh Kabupaten Kota di Kalimantan Barat.
Pemberian penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi dari pemerintah maupun lembaga non pemerintah terhadap kontribusi pihak-pihak dalam upaya pelestarian tenun maupun adat tradisi serta kesenian yang ada di Kalimantan Barat.

“Kami berharap rangkaian acara ini, dari seminar hingga malam penganugerahan, dapat menjadi langkah awal untuk tindakan yang lebih besar dalam melestarikan seni tenun yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya kita,” kata Imanul Huda, Direktur PRCF Indonesia.
Rita Hastarita lebih lanjut menyampaikan bahwa “Kolaborasi antara berbagai pihak adalah kunci untuk memastikan warisan budaya ini terus hidup dan berkembang,” ujarnya

Terinsiprasi Karakter Jeng Yah ‘Gadis Kretek’, Cindyka Verona Juarai Woven Fashion Designer 2024

Pontianak – Terinsiparasi dari karakter Jeng Yah, serial Gadis Kretek, Cindyka Verona, desainer muda asal Pontianak meraih juara pertama dalam Woven Fashion Designer Competition 2024. Pengumuman pemenang itu berlangsung di Gedung Dekranasda Kalbar, Pontianak, pada Sabtu malam (31/8/24).

Woven Fashion Designer Competition 2024 adalah program kepemudaan yang menjaring calon desainer muda Kalimantan Barat. Kompetisi yang diadakan oleh Rumah Jepin dan Dekranasda Kalbar ini merupakan bagian dari peringatan Hari Tenun Nasional. Sebanyak 47 desain ikut serta dalam kompetisi.

Setelah proses seleksi, 10 finalis terpilih untuk menjalani mentoring dengan fashion designer dari Indonesia Fashion Chamber (IFC) Chapter Pontianak. Cindyka Verona (22) dinobatkan sebagai juara 1 usai menyingkirkan sejumlah desainer muda. Karya fesyen Cindyka sukses memikat perhatian dan hati para juri.

Ditemui langsung, Cindyka mengaku desain busananya terinspirasi oleh karakter Jeng Yah dari serial “Gadis Kretek”. Dalam film tersebut, Jeng Yah memiliki mimpi besar namun terhambat oleh norma masyarakat yang membatasi peran perempuan.

“Aku mencoba angkat isu tersebut dengan memadukan budaya yang ada. Terciptalah desain ini sampai akhirnya desain itu bukan hanya sekedar karya tapi menyampaikan makna bahwa setiap perempuan berhak mengejar mimpi mereka dan di support oleh lingkungan mereka,” ungkapnya.

Pada kompetisi tersebut, semua finalis menggunakan wastra Kalbar dalam membuat karya desain mereka. Termasuk Cindyka yang memilih motif tenun ikat Sintang pada karyanya desainnya.

“aku ingin menyampaikan bahwa setiap wanita harus merdeka dengan mimpi-mimpi nya,” katanya.

Selama proses pembuatan desain itu, wanita yang sedang mengenyam pendidikan di Universitas Tanjungpura itu mengaku mengalami beberapa kendala namun berhasil mengatasinya.

“Pengerjaan kurang lebih 20 hari. Seleksi desain dari maret kemudian disuruh desain lagi yang baru sampai akhirnya jadi,” ujarnya.

Cindyka sendiri memang kental dengan background dunia fesyan. Ia merupakan lulusan SMKN 5 Pontianak jurusan busana. Saudaranya perempuannya juga merupakan desainer. Selain itu ia saat ini bekerja salah satu rumah produksi desainer Pontianak yakni Rika Ayub dan pernah ikut kompetisi serupa tahun 2019, juga meraih juara pertama.

Dinobatkan sebagai juara, Cindyka mengaku senang sekaligus bangga. Ia menegaskan bahwa kemenanganya ini merupakan sebuah tanggung jawab untuk melestarikan tenun terutama di kalangan anak muda.

“Tujuan desain ini targenya anak muda, aku ingin anak muda Pontianak lebih kenal dengan budaya mereka salah satu nya dengan cara aku kreasikan tenun kita ini,” tukasnya.

Petani Perempuan Perlu Mendapatkan Pengakuan dan Akses yang Setara

Pontianak – Merespon tantangan yang dihadapi oleh petani perempuan di Kalimantan, Perkumpulan Gemawan merancang program dengan kerangka kerja perubahan sistem. Sebagai langkah konkret, Gemawan mengajak organisasi masyarakat sipil dari berbagai wilayah di Kalimantan untuk merumuskan skenario dan strategi bersama dalam mewujudkan sistem masa depan yang diinginkan, Kamis (29/8/2024) di Rumah Gerakan Gemawan. 

Kegiatan ini meliputi penggalian ide dari peserta terkait skenario dan strategi, serta inisiasi kerjasama untuk menentukan peran dan tanggung jawab dalam merealisasikan sistem masa depan yang diinginkan.

Menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan Gemawan, Laili Khairnur, kerangka kerja ini bertujuan untuk mendorong terciptanya sistem yang adil, inklusif, dan berkelanjutan dalam jangka panjang. 

“Dalam 10-30 tahun ke depan, diharapkan akan terwujud sistem pertanian yang mendukung dan menghargai hak-hak petani perempuan, serta melindungi sumber daya alam yang menjadi tumpuan hidup mereka. Petani perempuan disinimeliputi mereka yang bergerak di sektor pangan, hortikultura, maupun kehutanan,” ungkapnya.

Dalam program ini, Gemawan mengadopsi strategi 3R, yaitu Recognition (Pengakuan), Representation (Representasi), dan Redistribution (Redistribusi), untuk memperkuat posisi dan pemenuhan hak-hak petani perempuan. Strategi ini bertujuan untuk memastikan perempuan diakui dalam peran mereka, diwakili dalam pengambilan keputusan, dan memperoleh akses yang setara terhadap sumber daya.

Strategi 3R ini tidak hanya berfungsi untuk menguatkan posisi petani perempuan, tetapi juga untuk mendorong keterlibatan negara, pasar, dan masyarakat dalam menjamin akses serta kontrol sumber daya bagi mereka. 

“Ini penting, terutama dalam menghadapi tantangan seperti perubahan iklim yang semakin berdampak pada ketahanan komunitas petani,” lanjutnya.

Menurut Laili, meski peran petani perempuan cukup besar, pengakuan yang diberikan kepada petani perempuan masih jauh dari memadai.

“Peran mereka sangat besar, tapi rekognisi (pengakuan, red) yang mereka dapatkan tidak sebanding. Mereka sering tersingkirkan dalam akses legalitas, misalnya dalam kepemilikan kartu petani atau program pertanian. Pemerintah masih melihat petani itu sebagai laki-laki, padahal dalam prakteknya banyak petani yang perempuan,” ujar Laili Khainur.

Ia menekankan perlunya perubahan mindset dalam melihat petani perempuan, terutama terkait akses terhadap pelatihan dan program-program yang selama ini tidak menjangkau mereka. 

“Petani perempuan jadi tidak bisa mendapatkan akses pelatihan dan program, sehingga mereka menjadi miskin karena tidak memiliki akses tersebut,” tambahnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Laili Khainur menegaskan bahwa rekognisi terhadap petani perempuan sangat penting. Salah satunya melalui pendaftaran mereka di Kelompok Wanita Tani (KWT) atau mendapatkan kartu petani. “Negara harus mempermudah proses ini,” katanya.

Selain itu, Laili juga menyoroti pentingnya kepemimpinan petani perempuan yang terintegrasi dengan program-program desa. Misalnya, melalui alokasi anggaran khusus atau melalui pelatihan kader di tingkat desa, universitas, atau lembaga yang fokus pada petani perempuan. 

“Selanjutnya, diperlukannya sistem informasi iklim juga penting agar petani tahu kapan musim hujan, kapan waktu tanam, dan perhitungan panen. Selain itu, harus ada anggaran khusus berbasis gender untuk isu pertanian, karena jika masih netral, petani perempuan akan semakin tersingkirkan,” jelasnya.

Dengan strategi-strategi tersebut, Laili berharap petani perempuan di Kalimantan bisa mendapatkan pengakuan dan akses yang setara, serta mampu meningkatkan kesejahteraan mereka secara signifikan.

Ditambahkan Konsultan Peneliti dari Visi Integritas, Adnan Topan Husodo, ada dua aspek besar yang memulai penelitian ke petani perempuan, yaitu aspek ekonomi dan politik. 

“Dua aspek besar ini yg memulai penelitian kita ke petani perempuan karna banyak konteks yang mengelilingi,” jelasnya saat memaparkan temuan terkait petani perempuan.

Berawal dari analisis situasi terkini yang menunjukkan kerentanan dan ketahanan perempuan di berbagai peran, baik sebagai petani, pelaku ekonomi, maupun warga negara. Kemudian mengungkap bahwa petani perempuan di Kalimantan masih menghadapi masalah struktural yang menghalangi akses mereka terhadap sumber daya dan partisipasi dalam sistem ekonomi, sosial, dan politik. 

“Identitas ganda yang mereka emban, sebagai perempuan, petani, dan ibu rumah tangga, menambah beban yang tidak seimbang dengan peran strategis mereka di masyarakat,” pungkasnya. 

Pejuang Perempuan Itu Telah Tiada

Puan Khatulistiwa – Kalbar khususnya Singkawang kehilangan aktivis perempuan sekaligus advokat pembela kaum perempuan dan anak-anak korban kekerasan. Dia adalah Rosita Nengsih, baru saja dikabarkan meninggal dunia. Rosita menghembuskan nafas terakhir di RS Vincentius pukul 12.40 Wib dalam usia 63 tahun. Jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Uray Dahlan M. Suka No 22 Kelurahan Sekip Lama Singkawang.

Menurut informasi, Mb Neneng, demikian sapaan karib Rosita Nengsih, selama 14 hari belakangan menderita sakit stroke. “Mba neneng mengalami sakit stroke selama 14 hari. Hanya saja untuk kepastian penyebab berpulangnya beliau karena apa, belum bisa dipastikan,” kata Kusmalina, teman satu organisasi di Majelis Perempuan Melayu –Kalimantan Barat (MPM-KB).

Semasa hidupnya, Mba Neneng kerap memperhatikan dan membela kaum perempuan dan anak-anak yang sedang mengalami kasus, diantaranya kasus kekerasan. Almarhumah sangat konsen mengurus dan memperjuangkan keadilan untuk mereka hingga di meja persidangan. Bahkan Mb Neneng memiliki shelter khusus untuk menampung perempuan dan anak-anak yang tidak memiliki rumah singgah selama pendampingannya.

Cukup banyak kaum perempuan dan anak-anak yang terbantu melalui tangan dingin Mb Neneng yang juga penggemar warna ungu ini. Tidak hanya dari Singkawang, Mb Neneng juga membantu dan menampung korban yang berasal dari luar Singkawang, seperti Sambas Bengkayang dan sekitarnya. Mereka tidak hanya diberi tempat tinggal, tapi juga kebutuhan hidupnya sehari-hari selama pendampingan berlangsung.

Mb Neneng, juga cukup dekat dengan kaum jurnalis. Dia selalu memberikan informasi terkini mengenai kasus yang sedang ditangani, bahkan sesekali mengundang jurnalis untuk sekadar minum dan diskusi ringan di rumahnya. Kini, pejuang perempuan dan anak-anak itu telah tiada, selamat jalan Mb Neneng, semangat dan perjuanganmu membela dan mencari keadilan akan menjadi teladan bagi generasi penerus.

 

Penulis : SILVINA

Respon Psikolog Anak Pontianak Soal Kasus Video Ibu Kandung Lecehkan Anaknya

Pontianak – Viral di media sosial seorang ibu yang membuat konten melecehkan anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun di Tangerang Selatan. Menurut keterangan kepolisian, ibu berinisial R (22) membuat konten tersebut atas perintah orang lain dan dijanjikan uang sebesar Rp15 juta. Saat ini, R telah menjadi tersangka

Psikolog Anak dan Remaja di Pontianak, Verti Sari Pusparini turut berikan tanggapan terkait kasus viral ibu muda yang lakukan pencabulan terhadap anaknya itu. Ia mengatakan anak tersebut tentu akan mengalami trauma di masa depan. Dampak traumatis tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan emosi ataupun gangguan perilaku anak di masa depan.

“Mungkin saja nanti pada saat dia sudah SD, SMP, SMA, itu bakalan bisa dilihat lagi di media sosial. Nah ini kan yang bisa sangat memengaruhi faktor kejiwaan pada anak. Ini bisa jangka panjang,”ungkapnya saat dihubungi, pada Rabu (5/6/2024).

Saat ini secara ingatan dan pemahaman Verti bilang, mungkin sang anak belum mengetahui apa yang dialaminya, mengingat anak tersebut baru berusia 5 tahun. Meskipun demikian, Verti kata, pengalaman yang melibatkan emosional mungkin bisa muncul ketika peristiwa yang mirip atau ada pemicunya.

“Dapat disebut anak korban walaupun tidak memahami situasi yang terjadi di usia balita namun dapat mempengaruhi emosi dan perilakunya di masa depan. Pengalaman traumatis saat ini bisa membuat anak mengalami trauma di masa depan dan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan emosi ataupun gangguan perilaku di masa depannya,” ujarnya.

Tak hanya di masa depan, Verti bilang dampak jangka pendek juga bisa muncul di masa-masa sekarang. Umumnya meliputi masalah emosi seperti anak sering marah, menangis atau ketakutan. Atau masalah perilaku seperti memukul, mengamuk atau ada gangguan tidur.

Oleh karena itu, lanjut Verti, trauma tersebut memang membutuhkan penanganan agar traumanya ini tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan si anak secara menyeluruh. Misalnya melakukan taruma healing bersama psikolog.

“Sesi terapinya dilakukan dg bermain dengan menyenangkan sesuai pemahaman anak. Bertujuan utk asesmen kondisi psikologis anak dan memulihkan dampak negatif secara psikologis,”

Verti juga menyebutkan bahwa ada PR besar bagi keluarga maupun pemerintah berkaitan dengan maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan terhadap anak kandung.

“Peran penting pada lingkungan sekitar juga untuk peka mendampingi dan mengawasi anak,” pungkasnya.

Diduga Terjadi Eksplorasi, Pemprov Kalbar Minta Izin Tambang di Pulau Gelam Ditinjau Ulang

PONTIANAK – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengirimkan surat ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) untuk mempertanyakan keluarnya perizinan tambang kuarsa di Pulau Gelam, yang termasuk kawasan konservasi perairan dan pulau-pulau terkecil.

“Kebetulan suratnya sudah lama sejak tahun kemarin. Mungkin teman-teman bisa bantu untuk kawal hal ini,” ujar Abussamah, Kepala Biro Hukum Pemprov Kalimantan Barat, saat diseminasi liputan kolaborasi ‘Modus Menggembosi Pulau Gelam oleh Korporasi’, di Gedung Teater Universitas Tanjungpura, 15 Maret 2024.

Kegiatan diseminasi tersebut dibuka oleh Wakil Rektor III, Dr Achmadi M.Si, dengan dukungan Lembaga Pers Mahasiswa Mimbar Untan. Liputan kolaborasi ini melibatkan media RRI Pontianak, Pontianak Post, Insidepontianak.com, Iniborneo.com, Mongabay Indonesia, dan Project Multatuli.

“Saya pastikan juga bahwa izin Analisis Dampak Lingkungannya (AMDAL) tidak keluar,” tegas Dionisius Endy, Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat.

Kajian AMDAL pulau itu tidak pernah terlaksana karena lokasinya saja kurang jelas. Namun, keluarnya Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk dua perusahaan ada di ranah Kementerian ESDM. Saat itu aturan perizinan tambang masih berada di pusat.

Dua perusahaan tambang yang menduduki hampir seluruh luasan Pulau Gelam adalah PT Sigma Silica Jayaraya (SSJ) dan PT Inti Tama Mineral (ITM). SSJ  mendapat izin eksplorasi pasir kuarsa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 93 tahun 2022, luas 839 hektar.  Sedangkan, ITM konsesi 1.163 hektar, berdasarkan SK 887 tahun 2022.

Kegiatan diseminasi liputan kolaborasi Modus Menggembosi Pulau Gelam oleh Korporasi di Gedung Teater Universitas Tanjungpura, Pontianak, Jumat.(ist)

Victor Fidelis, perwakilan jurnalis yang memaparkan temuan terkait liputan tersebut menyebutkan bahwa keberadaan perusahaan tambang di pulau yang hanya seluas 28 kilometer persegi itu membawa dampak yang signifikan terhadap lingkungan, masyarakat dan satwa di sana.

“Sudah ada 150 lubang yang digali oleh dua perusahaan untuk diuji kadar pasir kuarsa di sana,” ujarnya. Hasil liputan juga mendapati bahwa padang lamun di pulau itu sudah mulai terganggu habitatnya akibat ancaman yang lebih dulu hadir di pulau tetangga, yakni perkebunan sawit. Padahal padang lamun adalah salah satu habitat mamalia dugong serta penyu.

Belum lagi, masyarakat yang paling terdampak setelah ikan jumlahnya jauh berkurang di kawasan itu dibandingkan sebelum kedatangan dua perusahaan tambang itu.

Dalam liputan tersebut juga terungkap adanya pemalsuan surat kuasa untuk membuat Surat Keterangan Tanah (SKT), serta adanya orang yang memobilisasi pembuatan SKT yang kemudian dijual ke perusahaan.  Hal inilah yang sempat disampaikan perwakilan masyarakat Pulau Gelam Hartanto dan Arsyadi yang datang dalam kegiatan, bahwa permasalahan SKT sangat buruk dampaknya.

Turut hadir sebagai penanggap Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Pol Raden Petit Wijaya. Ia menyampaikan, semua pihak terlibat dalam mengawasi Pulau Gelam dan Polda siap menerima laporan masyarakat jika ada pelanggaran.

Melky Nahar, dari Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) memberikan apresiasi pada stakeholder yang bersedia hadir dalam diseminasi itu. “Jarang ada yang mau hadir pada kegiatan seperti ini,” ujarnya. Namun dia menambahkan ada tantangan besar yang dihadapi Pemprov Kalbar terkait urusan pertambangan.

“Urusan tambang saat ini lebih banyak dikuasai pemerintah pusat. Kewenangan yang ada di kabupaten kota dicabut dan dipindahkan ke provinsi,” katanya. Namun kebijakan dari pusat itu kontradiksi. Mulai Maret 2024 seluruh pulau kecil di indonesia ada 35 yang sudah dijejali proyek tambang, termasuk Gelam.

Dia menilai BKPM terlalu gampang menerbitkan izin perusahaan dan masyarakat semakin sulit. Ancaman saat ini bukan hanya pada 35 pulau kecil, namun semua pulau yang punya potensi tambang apalagi yang menjadi ruang hidup warga.

“Ruang hidup tak dibatasi dengan hal administratif, bagaimana ruang laut mereka. Sehingga sangat tidak bisa membaca pulau gelam hanya dari konteks itu (izin,red) saja, kita harus membaca potret situasi di sekitarnya,” tambahnya.

Melky juga menyoroti soal AMDAL yang kerap kali hanya menjadi pemenuhan persyaratan administratif semata. Amdal tidak mencerminkan satu contoh nyata yang memitigasi risiko.

Dalam kesempatan yang sama, menurutnya celah Tipikor dalam perizinan Minerba, tidak hanya pada penerbitan izin saja. Namun, juga turut meliputi pemanfaat air laut, kawasan hutan dan AMDAL.

Liputan kolaborasi ini juga didukung oleh Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, Yayasan WeBe, Hijau Lestari Negeriku, dan Garda Animalia melalui Bela Satwa Project. 

Cintia Oktavia Sulap Roti Jala jadi Buket Bunga

Pelaku usaha biasanya membuat karangan bunga atau disebut buket menggunakan bunga segar, artificial (palsu) atau bunga kering. Namun berbeda dengan ibu muda asal Pontianak, Cintia Oktaviani. Ia membuat buket bunga dari roti jala.

Roti jala merupakan camilan tradisional yang berasal dari masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Kue ini kerap disantap atau dicocol dengan kuah kari. Lewat tangan Cintia, kue mirip dadar gulung ini dikreasikan, dan dibentuk menyerupai bunga warna-warni lalu disusun menjadi serangkaian buket bunga.

Cintia bercerita ide memproduksi kue lokal menjadi buket tersebut, bermula dari dirinya menjelajah aplikasi TikTok. Ia kemudian menemukan video proses pembuatan roti jala yang dibentuk menjadi bunga. Cintia pun tertarik dan memberanikan diri membangun bisnis unik tersebut.

“Bikin roti jala ini itu pertamanya lihat dari TikTok, saya melihat satu video pembuatan roti jala. Rotinya itu dibikin kayak bunga terus saya ulik lah bagaimana cara membuat dan kemudian saya modifikasi,” ujar Cintia saat ditemui beberapa waktu lalu.

Video pembuatan bunga roti jala yang Cintia lihat hanya diberi wadah atau tempat yang kemudian disantap bersama-sama. Dari situlah kemudian Cintia terinspirasi untuk membuat buket bunga dari roti jala.

“Video yang saya lihat itu hanya diberi wadah bukan dijadikan buket. Dari situlah saya ada ide mau bikin sesuatu yang berbeda dari roti jala itu. Saya terinspirasi karena orang kasi hadiah bunga buket cuman jadi pajangan, saya ngide lah roti jala ini jadikan buket bisa di makan,” katanya.

 

Cintia Okavia, penjual buket bunga roti jala di Pontianak

“Untuk bahan dasar masih sama seperti roti jala yang original, dan saya hanya memadu padankan warna sesuai permintaan konsumen seperti warna bunga,” tambahnya.

Cintia mengaku buket bunga roti jala buatanya ini cocok menjadi hampers atau kado ulang tahun, maupun acara-acara penting pernikahan.

Roti Jala

Konsumen yang ingin memesan roti jala buatanya biasa melakukan pemesanan beberapa hari sebelumnya agar memudahkan proses produksi dan tidak tergesa – gesa, setiap roti jala buatanya di bandrol dengan harga Rp 38 ribu hingga Rp 180 ribu sesuai ukuran.

“Roti jala ini hanya bertahan 24 jam, jika di suhu ruangan namun bila disimpan di lemari pendingin saat akan di konsumsi baiknya di kukus terlebih dahulu,” paparnya.