Merintis Usaha Toko Bangunan di Desa Dengan Bantuan KUR Bank Kalbar
Merintis usaha awal, bukanlah pekerjaan yang ringan. Butuh keterampilan, kesabaran, keuletan dan modal di samping segmen pasar yang tersedia. Beruntung, lembaga keuangan atau perbankan saat ini membuka pintunya lebar-lebar untuk membantu permodalan usaha kecil. Salah satunya adalah Bank Kalbar, yang menargetkan capaian kredit UMKM di atas angka 30 persen.
Salah seorang yang telah memanfaatkan kucuran modal Bank Kalbar lewat program KUR (Kredit Usaha Rakyat) adalah pasangan suami istri bernama Ahmad Yani dan Julia yang mengembangkan usaha Toko Bangunan Mitra Usaha di Desa Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat sejak dua tahun lalu.
Pasangan ini membidik pasar yang memang tengah berkembang pesat, yang tentu saja berdampak positif pada berbagai sektor, termasuk sektor pembangunan. Meski sudah cukup berpengalaman selama sepuluh tahun mengelola usaha toko bangunan milik orangtua, namun itu belum cukup jika tidak dibarengi dengan modal usaha yang mumpuni.
“Untuk mendukung usaha ini, kita dibantu program KUR Bank Kalbar, tahun 2021,” tutur Bang Ani, sapaan karib Ahmad Yani.
Di tahun pertama, usahanya memperoleh kucuran dana KUR sebesar Rp 100 juta. Tahun ke dua, dia mengajukan lagi kredit KUR senilai Rp 150 juta. Dengan bantuan modal tersebut, Toko Bangunan Mitra Usaha berkembang pesat, permintaan pun terus menanjak.
“Bantuan kredit KUR Bank Kalbar sangat membantu usaha kami, sehingga bisa berkembang dan melengkapi toko dengan bahan bangunan lebih banyak lagi, sesuai meningkatnya permintaan pelanggan,” tutur Bang Ani.
Dia menilai, skema KUR Bank Kalbar sangat membantu usaha masyarakat dan meningkatkan usaha yang dimulai dari kecil, untuk terus berkembang. Selain kemudahan dalam pengajuan kreditnya, bunga yang dikenakan juga relatif kecil dan prosesnya juga tidak terlalu lama. Hanya butuh waktu sekira satu minggu, dana sudah dicairkan Bank Kalbar.
Karena kemudahan dan pelayanan yang baik itulah, Bang Ani mengaku merasa nyaman menjadi nasabah Bank Kalbar. “Sebagai pedagang kecil, kita sangat terbantu dengan program-program Bank Kalbar, yang ikut mendukung kemajuan usaha kita, terutama dalam pemenuhan masalah modal usaha,” ucap Bang Ani.
Meskipun sudah akrab dengan usaha bangunan karena ikut mengelola usaha milik orangtua, namun untuk merintisnya dari awal diakui Julia istri Bang Ani yang biasa disapa Ijot ini, lumayan berat. Lantaran mereka membuka pasar baru. Tokonya pun masih satu atap dengan tempat tinggalnya.
Untuk menarik konsumen, pasangan ini menerapkan prinsip utama pelayanan yang menyenangkan, jujur dan selalu menjaga kualitas barang-barangnya. “Kejujuran itu penting, selain pelayanan. Karena dari sinilah konsumen akan terus datang menjadi pelanggan tetap kita. Sebab mereka percaya, barang yang dibutuhkan selalu dalam kondisi baik dan harganya juga terjangkau,” tutur Ijot.
Tak hanya konsumen, kepercayaan juga datang dari distributor atau toko besar yang memasok bahan bangunan ke tokonya. Mereka selalu siap memenuhi kebutuhan Toko Bangunan Mitra Usaha, sehingga konsumen merasa puas, lantaran barang-barang yang dicarinya selalu tersedia.
“Kita tak mau mengecewakan pelanggan. Mereka yang sudah memesan bahan bangunan, kita akan usahakan barangnya ada. Kalau ada yang pesan dan saat itu di toko sedang tak ada atau kurang bahannya, saya usahakan untuk segera ambil dari toko besar. Walaupun nanti keuntungannya kecil tak masalah, asal barang yang diminta pelanggan itu terpenuhi,” kata Bang Ani.
Menurut dia, pelanggannya kebanyakan berasal dari Desa Punggur dan sekitarnya. Permintaan akan melonjak, di saat musim panen buah, lantaran pemasukan warga saat itu mengalami kenaikan.
Pasangan ini juga menjalankan usaha dengan menerapkan jasa titip bahan. Konsepnya adalah, pelanggan membeli bahan bangunan namun dititipkan dulu di toko, sampai nanti tiba waktunya bahan itu diperlukan. Harga bahan bangunan disesuaikan dengan harga pada saat transaksi. Namun saat akan digunakan, bahan bangunan diberikan yang terbaru, bukan bahan yang disimpan saat proses transaksi yang dilakukan sebelumnya.
Konsep ini juga diterapkan bagi pelanggan yang ingin mencicil bahan untuk membangun rumah. Mengingat harga bahan bangunan biasanya akan semakin mahal, maka konsep ini bisa menjadi pilihan, agar mendapat harga yang lebih murah, meski saat itu rumah belum dibangun.
Bagi Bang Ani dan Ijot, konsep titip bahan atau cicilan tidaklah merugikan, walaupun suatu waktu harganya bergerak naik ketika akan dipakai oleh pelanggan. “Sebab, pelanggan yang minta simpan atau titip bahan, uangnya sudah diputar dan menghasilkan keuntungan. Sehingga tidak akan rugi, walaupun nanti harga bahan bangunan menjadi lebih mahal, karena adanya kenaikan dari harga yang sebelumnya dibayarkan pelanggan,” jelasnya.
Dalam menjalan roda usahanya, Bang Ani mengelola keuangan tokonya dengan cara membelanjakan kembali uang yang masuk, agar modal terus berputar dan menghasilkan keuntungan. Dari keuntungan itulah, dia bisa membayar kredit modal usahanya di bank.
Soal risiko dalam berdagang, Bang Ani juga sudah mengantisipasinya. Biasanya resiko berdagang adalah terjadinya kerugian, ketika bahan bangunan yang belum terjual namun mendadak harga pasarannya melorot. Kemungkinan seperti ini memang kerap terjadi dalam dunia bisnis, dan harus diperhitungkan oleh pedagang.
Bagi BangAni, kejadian harga dagangan yang tidak sesuai ekspektasi, tidak serta merta membuatnya ikut menaikkan harga, ia tetap mempertahankan harga lama.
“Saat beli barang harga tinggi, lalu bulan depan turun, maka harga jualnya harus ikut turun juga, karena menyesuaikan dengan harga pasar. Ini sudah menjadi risiko dalam berdagang,” tuturnya.
Baginya, kerugian pasti ada dalam menjalankan usaha, apapun itu. Agar semakin tak rugi besar, ada baiknya melepas barang dengan harga saat itu. “Yang namanya berdagang, pasti ada ruginya. Tapi tidak perlu kita pertahankan barang yang sudah rugi. Lebih baik dijual, walaupun harganya di bawah harga beli. Uang dari penjualan kemudian kita putar kembali. Dengan cara itulah kita bisa meraup untung,” bebernya.
Dengan prinsip usaha seperti itu, Toko Bangunan Mitra Usaha milik Bang Ani dan Ijot semakin dipercaya dan memperoleh banyak pelanggan. Karena keberhasilannya itu, toko Mitra Usaha dipercaya menjadi penyuplai bahan bangunan dalam program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) tahun 2022-2023.
Program BSPS adalah bantuan pemerintah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, untuk mendorong dan meningkatkan keswadayaan peningkatan kualitas rumah beserta prasarana, sarana dan utilitas umumnya.
Dalam program tersebut, toko Mitra Usaha membebaskan warga penerima bantuan untuk memilih bahan bangunan sesuai kebutuhannya. Layanan yang diberikan, tak hanya penyedian bahan bangunan saja, melainkan juga pengantaran ke lokasi pembangunan.
Dengan adanya program bantuan, pasangan ini berharap dapat memberikan manfaat dan berkah, baik kepada penerima bantuan, maupun pihaknya sebagai penyedia bahan bangunan.
Bank Kalbar sendiri memang sudah berkomitmen untuk membantu meningkatkan usaha para UMKM di daerah ini. Salah satu produk yang kini semakin digencarkan adalah KUR, produk keuangan untuk meningkatkan kemampuan modal pelaku UMKM, dengan capaian kredit yang terus meningkat setiap tahunnya.
Rokidi, Direktur Utama Bank Kalbar menegaskan, terus meningkatkan capaian kredit UMKM, bukan hanya sebesar 30 persen sesuai kebijakan pemerintah. Namun Bank Kalbar ingin menyalurkan kredit usaha kecil lebih banyak lagi, di atas angka 30 persen.
Menurut dia, pemberian KUR bagi UMKM selama ini relatif aman. Karenanya, Bank Kalbar memberikan perhatian yang besar pada sektor ini. “Kredit UMKM adalah kredit produktif yang tentu harus kita genjot. Kita bantu mereka untuk bisa berkembang atau naik kelas,” tuturnya.
Bank Kalbar meyakini, KUR bagi UMKM akan terus meningkat, dengan melakukan terobosan-terobosan baru serta memaksimalkan pelayanan. Salah satu yang telah dilakukan adalah, menghadirkan kantor unit khusus melayani UMKM, yakni di Pontianak dan Sintang.
Selanjutnya, Bank Kalbar juga berencana membuka cabangnya lagi di Kabupaten Ketapang dengan unit khusus menangani sektor UMKM.**